Beberapa pertanyaan itu sempat mampir ke telinga kananku. Terus begitu saja berlalu di telinga kiriku. Sebenarnya, bukannya tak sadar atau memang diacuhkan. Tapi beberapa pertanyaan itu terkadang melemahkanku. Tapi di saat yang lain juga menggugah hati untuk terus mencari jawabannya.
Terkadang juga muncul syndrome ”ku tahu yang ku mau”. Saat hati tiba-tiba membeku. Mencari jawaban, sebenarnya apa sih maunya hati kecil ini. Jangan-jangan selama ini hanya ngikut-ngikut. Hanya menduplikasi keinginan orang lain. Dan bergerak hanya untuk kemauan orang lain. Hanya ”ngekor” sama teman. Hanya ”ngikut” di manapun ditempatkan. Saking seringnya, sampai saat bertanya pada hati kecil, yang muncul hanya jawaban orang lain yang diulang dengan kosa kata yang sedikit berbeda.
Sungguh, diri ini begitu lemah. Tapi, Allah Maka Kuat dan memberikan kekuatan pada orang yang Ia kehendaki. Saat futur melanda, Al-Qur’an lah penawar yang mulia.
“Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah, sehingga mereka membunuh atau terbunuh, (sebagai) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan demikian itulah kemenangan yang agung.” (At-Taubah 111)
Allah telah melakukan perniagaan yang dahsyat dengan jiwa ini.
Juga dengan harta dan raga. Menjadi jundullah dengan bayaran yang tak murah.
Dan itu hanya bisa diraih dengan tadhiyah yang juga tak murah.
Bukan hanya harta dan raga. Jiwa ini, hati kecil ini, kecenderungan hati ini telah tergadaikan di jalan-Nya. Telah terikat dengan transaksi yang tak usah diragukan lagi kepastiannya.
Ketika yang lain mundur tak beraturan, jundurrahman maju ke hadapan. Tak pernah terpikir untuk melangkah ke belakang dan berdiam. Pilihannya hanya dua: hidup mulia atau syahid bersama bidadari surga. Tetap berangkat walau berat. Tetap bergerak dan mensabar-sabarkan hati. Memahamkan hati dalam segala kondisi. Membiasakan hati untuk memahami dari pada ingin dipahami. Dan itu semua, untuk sebuah janji agung yang tinggi.
Setelah semua keluh kesah. Diantara kesusahan dan kesedihan yang silih berganti. Dibawah celaan orang-orang yang melemahkan.
Kebahagiaan itu tetap terpatri kekal di hati. Sebagai sebuah bukti akan janji sebuah kemenangan yang sebenarnya. Kemenangan yang abadi.
Dan, dengan penuh izzah, kan kuwajab..
”Allah telah membeliku dengan surga,
ada yang bisa bayar lebih tinggi?”
Wallahu’alam bishowwab.
Semoga bisa memberi inspirasi bagi hati-hati yang masih butuh kompromi.
~hafizhurrahman.
Tidak ada seorang-pun yang masuk surga dengan amalnya,
semuanya hanya karena rahmat dan maghfirah-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar